Selasa, 08 Mei 2012

Jinyoung's Heart [FANFICTION]

 Title       :  Jinyoung's Heart
Author  :  Ega Agustian
Cast       :  Jung Jinyoung, Park Eunseok
Genre   :  Gak tahu ini genre-nya apaan, readers tentukan sendiri xD
Note      :  Ini FF ku yang kedua yang pernah aku buat. Jadi maklumi jika banyak kekurangan, soalnya masih dalam tahap belajar juga.
DON’T BE SILENT READERS! COMMENT PLEASE! ^^



JINYOUNG POV
Entah apa yang membuatku tiba-tiba jatuh hati padanya, aku benar-benar tak mengerti. Berawal dari keisenganku membuat akun facebook dengan bukan menggunakan namaku, aku mengenalnya. Aku berpura-pura, menjadi sebagai seorang Bana namja bernama Kim Dongsoo, dan mengakui sebagai fans dari Jung Jinyoung, yaitu aku sendiri. Aku terkekeh, melihat tingkahku yang seperti orang bodoh, memuji diriku sendiri, berharap bisa bertemu dengan diriku sendiri, dan keempat temanku lainnya, padahal setiap detik aku bersama dengan mereka.
Aku berpura-pura, tidak mau meng-upload foto asliku ke facebook. Aku hanya ingin menggunakan foto Jinyoung sebagai foto profilku, padahal sudah ratusan foto diriku sendiri yang ku upload. Dan lebih lucunya lagi, mereka benar-benar tidak mengetahui diriku yang sebenarnya. Semua teman Bana di facebook-ku, mereka benar-benar mengira kalau aku adalah Kim Dongsoo, seorang Bana namja biasa.
Dibalik keisenganku ini, aku bisa melihat karakter asli dari beberapa Bana yang berhasil menjadi teman baikku di dunia maya. Ya, setiap hari semua Bana membicarakan B1A4, apapun itu, dari sesuatu yang nyata terjadi pada kami, sampai mereka mengkhayal sesuatu tentang kami. Bana memang baik, mereka benar-benar mencintai kami.
Dan dari keisenganku juga, aku bisa mengenal seorang yeoja bernama Park Eunseok. Dia berusia 4 tahun lebih tua dariku. Awalnya aku membencinya, menyesal kenapa bisa mengenalnya. Kenapa tidak? Dia benar-benar membuatku jengkel. Dia seperti ingin berperang denganku, padahal dia duluan yang mengajak berkenalan denganku, dan dia juga padahal seorang Bana. Tetapi lama kelamaan, dia mulai baik padaku, dan itu membuatku semakin baik dan baik padanya, dan akhirnya aku menaruh perasaan pada wanita yang perbedaan usiaku dengannya cukup jauh.
Kami setiap hari berkomunikasi lewat facebook, SMS dan telpon. Ya, mungkin untuk diriku, akan menjadi masalah jika aku memberikan nomor ponselku pada seseorang yang tak sepenuhnya aku kenal dengan baik, dan bahkan dia adalah seorang Bana yang notabennya adalah fans dari kami, B1A4. Walaupun di grup kami dia sangat menyukai Baro, tapi tetap saja jadi masalah besar jika dia tahu yang sebenarnya tentangku.
“Dongsoo, suaramu benar-benar mirip dengan Jinyoung.” Ucap Eunseok padaku, saat aku menelponnya di suatu malam.
Sering sekali setiap kali kami bercakap-cakap dia mengucapkan kalimat itu. Tapi selalu ku bantah, kalau aku bukanlah Jinyoung, meski sebenarnya di sini aku tertawa dalam hati. Sungguh jahat diriku membohongi seorang Bana.
“Mungkin aku saudara kembar Jinyoung, noona. Jadi suaraku mirip dengannya. Hehe.”
Ya, aku memanggilnya noona. Dia berusia jauh lebih tua dariku, jadi aku menghormatinya.
“Ish, itu maunya kau.”
Sungguh menyenangkan bisa mengenalnya. Lima bulan lebih kami sudah berkenalan, dan itu membuatku benar-benar tak bisa menahan diri untuk mengatakan kata SARANGHAEYO padanya. Benarkah… aku akan mengatakannya, hari ini? Bagaimana cara mengungkapkannya? Haruskah aku bertemu dengannya?
Aku benar-benar bimbang. Jika memang benar aku akan mengatakan dan menemuinya secara langsung, apa yang akan terjadi? Apa yang akan dilakukan olehnya?
Memang, selama aku mengenalnya, belum pernah sekalipun kami bertatap muka, dan itu ku lakukan demi kebaikanku. Aku berniat membuat akun facebook bernama orang lain hanya untuk mencoba berteman dengan Bana saja, tapi ternyata semua itu telah membuatku jatuh cinta pada salah satu Bana yang ku kenal.
Oh, Tuhan… apa yang harus aku lakukan? Aku tak bisa memendam perasaanku terus menerus seperti ini. Aku tak bisa menyimpan semua ini sendirian. Aku ingin menumpahkan segala yang kurasakan padanya, rasa cinta selama ini.
Apa aku mengatakannya lewat telpon saja? Tapi rasanya itu tidak gentle. Aku tidak bisa melakukannya, sedang dia benar-benar tidak mengetahui siapa diriku yang sebenarnya. Apakah harus aku selamanya berperan sebagai Kim Dongsoo, dan mengatakan kata cinta padanya dengan diriku yang bernama Kim Dongsoo? Kalau begitu, berarti bukan Jung Jinyoung yang mencintai Park Eunseok, tetapi Kim Dongsoo. Tidak! Bukan Kim Dongsoo, tapi Jung Jinyoung-lah yang jatuh hati pada gadis itu. Ya, aku jatuh hati padanya, dan aku harus segera mengatakan semua-nya padanya, hadir sebagai diriku sendiri, bukan orang lain.
Aku bangun dari dudukku di ranjang, kemudian bercermin, memandangi diriku sendiri.
“Jung Jinyoung, kau benar-benar harus mengucapkannya. Jika kau benar-benar seorang lelaki, katakanlah dengan menemuinya, dan hadir sebagai dirimu sendiri. Sudah terlalu lama kau memakai topengmu, dan tak bisa selamanya kau terus menerus seperti ini!” Ucapku pada diriku sendiri.
Ku ambil ponsel yang ku taruh di saku celanaku, dan mencari-cari kontak bernama Park Eunseok, kemudian menelponnya. Beberapa detik ku tunggu, akhirnya dia mengangkat.
“Halo,” Sapanya.
“Halo. Noona, aku ingin bertemu denganmu.”
“Apa maksudmu?”
“Aku ingin bertemu denganmu, sekarang, malam ini.”
“Maksudmu…”
“Bertatap muka.”
“Benarkah kau menginginkannya? Aku tak yakin akan hal itu, hehe.”
Eunseok terkekeh, tapi aku tak menghiraukan. Aku tetap berkata dengan nada yang serius, tanpa candaan sedikitpun. “Sudah lama aku bersembunyi, mungkin sekarang waktunya aku tunjukkan diriku yang sebenarnya padamu. Aku ingin bertemu denganmu di …”
Setelah ku sebutkan tempatnya, Eunseok setuju untuk kami bertemu di sana.
“Baiklah. Lalu jam berapa yang kau inginkan?” Tanyanya.
“Sekarang juga.”
“Apa? Sekarang?”
“Ya, sekarang. Tapi dengan syarat, aku ingin kau datang hanya sendirian, tidak memberitahu siapapun kalau kau akan bertemu denganku. Tunggu saja aku. Kau mengerti, noona?”
“Memangnya kenapa?”
“Ku harap kau mau mendengarkanku.”
Dan akhirnya, Eunseok mau menuruti apa mauku. Baiklah, malam ini adalah malam yang sangat menegangkan bagiku. Aku sangat berharap, semuanya akan berjalan dengan lancar…


***


EUNSEOK POV
Malam ini adalah malam di mana aku akan bertemu dengan teman dunia maya-ku yang sudah sekitar lima bulan aku berteman baik dengannya. Seperti janjiku, aku menunggunya disuatu tempat yang sudah kami sepakati.
Udara malam yang menusuk tak ku pedulikan, demi melihat wajahnya yang selama ini belum pernah aku melihatnya. Dia tak mau menunjukkan seperti apa dirinya di facebook, tidak tahu kenapa. Tak kutanyakan alasannya.
Tempat yang diinginkan oleh Dongsoo, teman dunia maya-ku, adalah sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian. Dia ingin kami bertemu di sebuah kedai kopi kecil yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. Kedai kopi itu berada di sebuah desa yang tidak begitu ramai penghuninya. Dan sekarang pun, aku hanya sendirian di sini, ditemani dengan secangkir kopi hangat. Untung Dongsoo mau menunjukkan arah jalannya, jadi aku tidak terlalu bingung untuk mencari tahu tempat ini.
Aku tak tahu apa maksud Dongsoo memilih tempat ini, tapi ku turuti saja inginnya. Biarlah, aku yakin dia anak yang baik, dan tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan.
Ponselku berdering, Dongsoo yang menelpon. “Kau sendirian di sana?”
“Ya, aku hanya sendirian. Bahkan di sini tidak ada seorang pun yang datang untuk sekedar menghilangkan penat, hanya aku sendirian.”
“Tunggu aku.”
“Baiklah.”
Dongsoo menutup telponnya. Tidak lama setelah Dongsoo menutup telponnya, seseorang memegang pundakku dari belakang. Ah, aku yakin itu pasti Dongsoo.
Tetapi, ketika ku coba untuk membalikkan badanku, bukan Dongsoo yang memegang pundakku, melainkan… melainkan… Jinyoung?
Benarkah ini… Jinyoung? Leader B1A4? Bagaimana bisa Jinyoung ada di sini dan tiba-tiba memegang pundakku seperti sudah mengenaliku?
Jantungku berdegup kencang, aku bangun dari dudukku.
“K… kk… kau…” Aku tak bisa menyelesaikan ucapanku. Aku benar-benar dibuat kaget olehnya. Apakah aku sedang bermimpi?
“Jinyoung. Aku Jung Jinyoung.”
“Bagaimana kau…”
Jinyoung mencoba untuk menenangkanku. Dia menyuruhku untuk duduk kembali, dan dia juga kini duduk di hadapanku. Kami saling bertatap muka, dia memandangku dengan senyuman manis yang tak pernah hilang dari bibirnya sejak pertama aku menatap wajahnya secara langsung.
Oh, benarkah ini Jinyoung? Sampai sekarang aku masih belum percaya!


***


JINYOUNG POV
Park Eunseok sangat terkejut ketika aku tiba-tiba ada dihadapannya. Sudah ku pastikan, semua ini akan terjadi. Aku mencoba untuk menenangkannya, dan menyuruhnya untuk kembali duduk, kemudian aku duduk di hadapannya.
“Bagaimana bisa kau ada di sini?” Tanyanya, setelah dia merasa lebih tenang.
Ya, sekarang adalah waktunya aku berterus terang padanya. “Sebenarnya… Kim Dongsoo, itu adalah aku.”
“A… apa maksudmu?”
Setelah ku jelaskan panjang lebar semuanya, akhirnya dia percaya, dan dapat mengerti, mengapa aku melakukannya.
“Lalu, apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?”
Pertanyaan ini, sungguh pertanyaan yang sangat tepat ditanyakan, tapi sulit untuk dijawab. Benarkah aku akan mengucapkan semuanya sekarang? Lalu apa yang selanjutnya akan terjadi, jika dia menerima cintaku? Aku harus menerima apapun yang akan terjadi selanjutnya, sekalipun itu menyangkut karirku.
“Selain ingin memperkenalkan diriku yang sebenarnya, ada hal lain yang lebih penting yang ingin aku katakan padamu.”
“Apa itu?”
Segera aku memegang kedua tangannya yang dia taruh diatas meja, hingga dia memandang heran padaku. Sekaranglah saatnya.
“Saranghaeyo.”
Meski hanya satu kata yang kuucapkan, tetapi berhasil membuat Eunseok sangat terkejut. Dia memandang dengan tatapan tanpa ekspresi padaku, beberapa detik dia terdiam sebelum akhirnya aku kembali melanjutkan kata-kataku.
“Aku mencitaimu, noona. Aku jatuh hati padamu. Kau benar-benar telah membuatku ingin mengatakan semuanya.”
“Apakah kau… benar-benar mengatakannya… dari dalam hatimu?”
“Tentu saja. Tak mungkin jika aku tak mengatakannya dari dalam hatiku. Aku benar-benar mencintaimu.”
Sesaat Eunseok terdiam. Dia menunduk, seperti sedang berpikir untuk mengambil keputusan. Aku menunggunya dengan sabar dengan tanpa melepaskan genggaman tanganku pada tangannya. Mungkin sekitar satu menit dia berpikir, dan akhirnya dia memutuskan.
“Jinyoung, aku mengenalmu sebelumnya sebagai Dongsoo. Dan Dongsoo, Dongsoo sudah ku anggap sebagai adik kandungku sendiri. Aku menyayangi dan mencintainya tidak lebih sebagai rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Dan sekarang kau hadir sebagai Jinyoung, tetap tak merubah perasaanku padamu. Kau tetaplah adik bagiku. Aku tahu, walaupun aku memang benar-benar termasuk salah satu dari sekian banyaknya Bana yang sangat jatuh cinta pada B1A4. Tapi harus kau tahu, yang membuatku menjadi seorang Bana fanatic adalah karya-karya yang telah kalian berikan pada kami. Sekalipun pada Baro aku sangat menyukainya, tapi aku tidak memiliki harapan untuk menjadi kekasihnya. Bahkan jika bisa berharap, aku ingin kalian semua menjadi adikku, bukan kekasihku.”
Ucapannya berhasil membuat air mataku menetes. “Jadi maksudmu, kau tidak ingin menjadi kekasihku?”
“Bukan tidak ingin, tapi aku tidak bisa. Kau adalah adik bagiku, Jinyoung.”
“Apakah karena usiaku jauh lebih muda darimu?”
“Er… memang salah satunya adalah itu. Aku tak bisa memiliki seorang kekasih yang lebih muda dariku. Tapi itu salah satu alasanku saja. Selebihnya, aku tadi sudah jelaskan.”
“Tapi, noona. Aku benar-benar mencintaimu, dan aku sangat berharap menjadi kekasihmu.”
“Jinyoung, sekalipun aku memang mencintaimu, aku tak mungkin menerima cintamu. Kau tahu sendiri, jika kita berpacaran, itu akan berdampak buruk pada karirmu. Bagaimana nanti reaksi Bana yang lainnya jika mereka mengetahui hubungan kita? Apalagi saat ini posisiku adalah seorang Bana juga. Mungkin akan banyak yang mendukungmu, tapi tak sedikit pula yang akan meninggalkanmu.”
Aku terdiam. Ku lepaskan tangannya dari genggaman tanganku. Aku mencoba untuk menenangkan diri, walaupun sebenarnya sangat sakit sekali, hingga air mata ini tak mau berhenti menetes.
Ku tenangkan diri, mencoba untuk berpikir positif. Ada benarnya juga ucapan darinya. Mungin aku akan kehilangan banyak Bana dan menyakiti hati mereka jika aku melakukannya.
Akhirnya setelah menenangkan diri cukup lama, aku menghapus air mataku. Kembali menatap Park Eunseok. Tak kusangka, ternyata dia juga meneteskan air matanya.
“Mengapa noona menangis?”
Dia tersenyum padaku, kemudian menghapus air matanya yang mengalir. “Tidak. Aku hanya tidak percaya saja, kau benar-benar sosok Jinyoung yang tidak dapat ku percaya. Dengan keberanianmu, kau mengucapkan kata cinta pada seorang Bana. Tapi aku benar-benar minta maaf padamu, ini demi kebaikanmu, B1A4, dan kami, sebagai Bana.”
Senyumanku yang awalnya pudar, kini ku tunjukkan lagi. “Tidak apa-apa, noona. Ucapanmu semua itu benar. Ini demi kebaikan semuanya. Aku bisa menerima itu dengan lapang dada sekarang.”
“Terimakasih Jinyoung.”
“Tidak, harusnya aku yang berterimakasih padamu. Kau telah mengajarkan sesuatu yang sangat berarti bagiku. Aku tak bisa memikirkan diriku sendiri, sedangkan diluar sana, banyak yang merasa tersakiti. Aku sadar sekarang, kau memang lebih pantas jika ku anggap sebagai kakakku saja.”
“Ya, memang seharusnya seperti itu.”
“Tapi, noona. Kita tetap bisa berhubungan kan? Sebagai kakak dan adik?”
“Tentu saja, Youngie. Selamanya kau akan menjadi adikku.”
Aku tersenyum lega padanya. Aku sudah bisa menerimanya. Dia memang lebih pantas jika ku jadikan sebagai kakakku, bukan kekasihku. Ku angkat jari kelingkingku. “Janji?”
Dia mengaitkan jari kelingkingnya, di jari kelingkingku, dan kami pun tertawa bersamaan.


**END**


Aku pengen kalian comment dengan jujur, gmana menurut kalian FF buatanku ini, biar aku bisa lebih baik bikin FF. Thanks buat yang udah mau baca ^^


Sumber : Klik Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar