Sabtu, 02 Juni 2012

She's Name is Oichi [FANFICTION]


Title  :  She’s Name is Oichi
Cast  :
-          Oichi
-          Jinyoung B1A4
-          Suzy Miss A
-          etc
Author  :  Ega Agustian
Genre  :  moga aja bisa jadi cerita yang bergenre Romance, Horror, Angst, apalagi ya??  “-__-
Note  :  sebelum membaca, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa dimulai #plak #abaikan
Author butuh kritik dan saran, biar bisa bikin lebih baik lagi. Soalnya ini ff pertama author yang ada horror-horrornya xD. Pengen coba aja bikin, kira kira author bisa gak ^^
HAPPY READING FOR ALL yang mau READ THIS FANFICTION :DD

PART : 1
OICHI P.O.V
Ada di mana aku sekarang? Entahlah, yang jelas sekarang aku sedang berada di dalam sebuah kelas, yang ruangan kelasnya hampir sama dengan kelasku di sekolah.
Ku langkahkan kakiku perlahan, mendekati satu meja. Di atas meja, ada sebuah jepitan rambut, berwarna hitam, dan dihiasi dengan tiga bunga sakura berwarna merah muda menyala berukuran kecil-kecil. Cantik sekali.
Aku memutuskan untuk memegangnya, dan melihatnya lebih jelas lagi. Baru saja aku menyentuhnya, seseorang yang entah datang dari mana memegang tanganku. Dingin sekali tangannya. Aku menoleh, dia seorang wanita.
Perempuan itu memakai seragam sekolah, sama seperti yang sekarang aku pakai, yang selalu ku pakai setiap berangkat sekolah. Dia menunduk, dan rambut panjangnya menutupi seluruh wajahnya hingga aku tak dapat melihat wajahnya.
“Kau sama sepertiku.” Ucapnya lemah, dengan suara yang nyaris tak terdengar.
“Apa maksudmu?” Tanyaku heran.
Dia mengangkat kepalanya, dan kini bisa ku lihat cukup jelas rupanya. Kaget, mataku membulat. Wajahya, sangat  mirip dengan wajahku.
“K.. kkau.. s.. ss.. siapa?” Aku kembali bertanya dengan terbata-bata.

***

Mataku terbuka, ternyata aku hanya mimpi. Syukurlah. Aku bernafas lega. Keringat membasahi pori-pori wajahku, mungkin karena mimpi aneh itu.
Ku lihat jam wekerku, sudah menunjukkan pukul 6.00 AM. Sudah waktunya aku untuk bersiap-siap berangkat sekolah.

***

Sudah tiga minggu aku berada di Korea. Dan selama di Korea, tak ada yang membuatku menyesal pindah ke negara ini bersama kedua orang tuaku. Sebelumnya aku tinggal di Tokyo, Jepang. Tapi karena tuntutan pekerjaan ayahku, kami terpaksa pindah ke Seoul.
“Aku berangkat dulu, ayah, ibu.” Ucapku berpamitan pada kedua orang tuaku, sesaat setelah sarapan.
“Kau tidak mau diantarkan oleh ayah saja menggunakan mobil?” Tanya ayah padaku.
“Ah, tidak perlu. Aku lebih suka jalan kaki. Lagipula jarak sekolah kan tidak terlalu jauh dari rumah kita.”
“Ya sudah kalau begitu.”

***

Tidak sampai sepuluh menit aku berjalan, sampai juga di gedung sekolah. Langsung saja aku berjalan menuju kelasku, dan menemui kedua teman baruku, Jinyoung, dan Suzy.
“Selamat pagi.” Sapaku pada mereka berdua yang sedang duduk di bangku mereka masing-masing yang saling bersampingan dengan bangku-ku.
“Selamat pagi.” Suzy menjawab sapaanku, tetapi tidak bagi Jinyoung.
Jinyoung hanya memandangku sambil tersenyum. Hampir setiap hari dia memandangku dengan tatapan yang tidak biasa itu, yang membuatku menaruh perasaan lebih padanya. Tapi entahlah apa maksud dari pandangan Jinyoung itu. Yang jelas, sejak pertama berkenalan, aku mulai menyukainya.

JINYOUNG P.O.V
“Selamat pagi.” Sapa Oichi padaku dan Suzy, ketika dia menaruh tasnya di bangkunya.
Oichi, benar-benar gadis yang manis dan cantik. Rasanya tak bosan aku memandangnya. Dia benar-benar membuatku jatuh cinta padanya, sejak aku pertama kali melihatnya. Tapi aku belum berani mengungkapkan semua perasaanku ini. Terlalu cepat jika ku ucapkan sekarang. Lagipula, sepertinya Oichi belum memiliki rasa yang sama. Biar ku dekati dulu, agar dia menyukaiku juga.
Oichi terlihat sempurna di mataku. Dia gadis yang sangat cantik, juga yang terpenting dia baik. Satu kekurangannya, dia cukup pendiam. Dia tidak banyak bicara, dan lebih banyak memilih mendengarkan pembicaraan saja yang aku dan Suzy ceritakan kalau kita sedang berkumpul.
Walaupun kenyataannya dia pendiam, tapi senyuman di bibirnya tak pernah hilang, hingga membuatku merasa sangat nyaman jika sedang berada di sampingnya.
“Aku ke kantin dulu sebentar ya, mau beli snack. Kau mau ikut, Oichi?” Tanya Suzy pada Oichi.
Oichi menggeleng. “Tidak, aku ingin di kelas saja.”
Suzy melirikku, dan tersenyum manis. “Kau mau, kan, temani aku ke kantin?”
“Ah.. aku sedang malas keluar kelas.”
“Ya sudah kalau kau tidak mau.” Suzy memasang ekspresi wajah tidak suka padaku, setelah mendengarkan jawaban dariku, kemudian dia bangun dari duduknya, dan berjalan keluar kelas.
Di dalam kelas hanya tinggal ada aku, dan Oichi. Masih terlalu pagi untuk murid-murid berangkat sekolah, tapi tidak bagi kami. Mungkin lebih baik ku gunakan kesempatan ini untuk mendekatinya. Aku punya ide!
Ku ambil buku tulis di dalam tasku, kemudian mencari-cari PR matematika yang belum sempat aku kerjakan semua.
“Oichi, ada PR matematika yang belum aku selesaikan. Bisakah kau membantuku menyelesaikannya? Aku sungguh tidak mengerti.”
“Tentu. Yang mana yang tidak kau mengerti?”
Oichi mendekat ke arahku.
“Aku tidak mengerti soal nomor 8 ini. Bisakah kau jelaskan, bagaimana cara menyelesaikannya?”
Oichi mengangguk, dan dia mulai menjelaskan. Dia terlihat sangat serius, memandang ke arah buku sambil menjelaskan panjang lebar. Aku tak mendengarkannya. Yang ku lakukan saat ini hanyalah memandangnya.
“Kau mengerti, Jinyoung?” Ucapnya setelah dia menjelaskan, kemudian memandang wajahku.
Wajah kami sangat berdekatan, jantungku berdegup kencang. Aku dan Oichi saling pandang cukup lama sebelum semuanya berakhir, karena tak ku sadari, ternyata Suzy sudah berada di dalam kelas lagi sambil memegang snack yang dia beli.

SUZY P.O.V
Sungguh menyebalkan! Apa karena Oichi lebih memilih untuk tetap di dalam kelas, Jinyoung jadi tak menerima ajakanku? Ya, mungkin karena itu. Sepertinya Jinyoung menyukai Gadis Jepang itu. Semenjak Oichi pindah ke sekolah ini, Jinyoung jadi selalu bersikap aneh. Sering sekali aku melihatnya sedang memandangi Oichi sambil tersenyum tidak jelas, yang membuatku tidak suka. Tidak! Jinyoung tak boleh menyukainya! Rasa suka-ku pada Jinyoung selama dua tahun ini, harus dibalas juga olehnya. Tidak boleh menjadi sia-sia penantianku selama ini, hanya karena Gadis Jepang itu!
Setelah aku membeli snack, dengan langkah kaki yang ku percepat aku masuk ke dalam kelas. Aku takut terjadi apa-apa pada mereka berdua jika ku tinggalkan mereka terlalu lama.
Dan.. benar saja. Baru saja aku meninggalkannya beberapa menit, Jinyoung dan Oichi membuatku tak tahan. Wajah mereka berdua terlihat sangat berdekatan, seperti akan melakukan sesuatu. Sesuatu yang biasanya di lakukan sepasang kekasih untuk mengungkapkan perasaan mereka. Berciuman! Jinyoung dan Oichi terlihat seperti akan melakukannya.
“Ekhmm…” aku berdehem dengan keras, dan acara saling pandang mereka-pun berakhir.
“Suzy, kapan kau kembali?” Tanya Jinyoung, seperti menyesali keberadaanku saat ini.
Aku tidak menjawab, langsung duduk dibangku-ku, sambil memakan snack yang ku pegang dengan perasaan yang sangat hancur.
Sialan! Gadis Jepang itu sangat mengganggu kehidupanku!

***

AUTHOR P.O.V
Jam pulang sekolah sudah tiba. Oichi keluar dari dalam kelas.
“Oichi!” Teriak Suzy, ketika Oichi sudah berjalan cukup jauh.
Oichi membalikkan badan, dan kembali ke dekat kelasnya, ketika Suzy menyuruhnya untuk mendekatinya.
“Ada apa?” Tanya Oichi.
“Aku ingin berbicara denganmu. Kita bicara di dalam kelas saja?”
Oichi mengangguk, tanda setuju, dan mereka pun masuk ke kelas mereka kemudian duduk di salah satu bangku. Setelah semua murid pulang, barulah Suzy memulai pembicaraan.
“Baiklah, Oichi, aku harap kau jawab pertanyaanku dengan jujur. Apakah kau menyukai Jinyoung?”
Oichi terdiam. Dia kembali teringat pada sosok laki-laki itu. “Aku hanya menyukainya sebagai temanku, tidak lebih dari itu.”
Terpaksa Oichi berbohong. Dia tidak mau berbicara yang sejujurnya. Suzy bersikap aneh, dan tiba-tiba bertanya sesuatu yang sedikit menyinggungnya, yang membuat Oichi terpaksa memilih untuk tidak mengatakannya pada Suzy.
Suzy terlihat lega setelah mendengar jawaban Oichi. Senyuman di bibirnya kini kembali merekah setelah seharian hanya cemberut saja.
“Baguslah kalau begitu. Aku senang mendengarnya.” Ucap Suzy.
“Memangnya kenapa?”

SUZY P.O.V
“Baiklah, Oichi, aku harap kau jawab pertanyaanku dengan jujur. Apakah kau menyukai Jinyoung?”
Aku memberanikan diri untuk bertanya pada Oichi. Aku ingin tahu, apakah dia juga menyukai Jinyoung. Jika iya, akan segera ku pisahkan mereka berdua, bagaimanapun caranya!
Oichi terdiam beberapa saat, kemudian dia menjawab pertanyaanku. Dan sungguh membuatku kaget, ternyata Oichi tak menyukai Jinyoung. Dia hanya menyukai Jinyoung sebatas teman saja, tidak lebih. Tapi apakah dia berakta jujur? Aku tidak boleh sepenuhnya percaya pada Gadis Jepang itu.
“Baguslah kalau begitu. Aku senang mendengarnya.” Ucapku dengan sangat lega.
“Memangnya kenapa?” Tanya Oichi.
Inilah pertanyaan yang sangat aku harapkan dilontarkan dari mulut Oichi. Sekaranglah waktunya aku memulai sandiwara ini, agar Oichi tidak lagi mendekati Jinyoung. Biar tahu rasa dia.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Aku senang kalau kau menyukainya tidak lebih dari sebatas teman. Karena sebenarnya, harus kau tahu. Aku dan Jinyoung.. kami sudah menjalin hubungan sebelum kau pindah ke sekolah ini.”
“Hubungan?”
“Jinyoung adalah kekasihku.”
Oichi memandangiku dengan tatapan kaget beberapa saat, kemudian menunduk. Aku kembali melanjutkan ucapanku.
“Apakah Jinyoung tidak pernah memberitahukanmu?”
“Tidak.” Jawabnya singkat dengan masih menunduk.
“Maklumi saja. Dia memang orangnya seperti itu. Jinyoung agak pemalu, jadi dia tidak bicara padamu soal ini.” Aku tertawa kecil, yang dalam hatiku, sebenarnya aku benar-benar tertawa puas.
“Suzy, sepertinya aku harus pulang sekarang. Orang tua ku sudah menungguku.”
“Iya, kau pulang saja kalau begitu.”

AUTHOR P.O.V
Oichi berdiri, meninggalkan Suzy sendirian di dalam kelas. Dia terlihat sangat sedih sekali mendengar pengakuan Suzy yang benar-benar membuat hatinya sakit, dan tak percaya.
Berbeda dengan Oichi, di dalam kelas, Suzy terlihat sangat senang dan puas telah berbohong besar pada Oichi.
“Rasakan olehmu, Gadis Jepang. Memangnya kau kira Jinyoung akan menjadi milikmu? Aku tahu, meskipun kau bilang padaku kau tidak menyukainya, tapi sebenarnya kau menaruh perasaan padanya. Aku yakin, kau takkan membiarkan Jinyoung mendekatimu lagi.” Ucapnya, kemudian tersenyum licik.

OICHI P.O.V
Aku tak habis pikir, ternyata Jinyoung kekasih Suzy? Lantas selama ini, Jinyoung mendekatiku, apa maksud dari semuanya? Apakah Jinyoung hanya ingin mempermainkanku saja? Lalu kenapa, selama ini Jinyoung tidak bicara yang sejujurnya saja? Dan kenapa Suzy baru bicara padaku sekarang tentang semua ini?
Hatiku sudah terlanjur sakit. Sakit sekali. Ku kunci kamarku, dan duduk di atas ranjang. Air mata yang sedari tadi ku tahan, kini ku tumpahkan. Aku tak mau menangis di hadapan Suzy. Lagipula, aku juga berpura-pura kalau aku tidak memiliki perasaan lebih pada Jinyoung, jadi aku tak mungkin tiba-tiba menangis, kalau aku tak menyukai kekasihnya.
Jinyoung, aku tak percaya.. ternyata dia sudah memiliki kekasih, dan kekasihnya adalah Suzy sendiri.
Entah mungin karena aku saking sakit hatinya, bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Hembusan nafas yang terasa sangat dingin menyentuh tengkukku. Terdengar suara perempuan yang berbisik di telingaku.
“Aku akan menjagamu, karena aku adalah dirimu.”
Jantungku berdegup kencang, mataku membulat. Nafasku terdengar sangat nyaring sekali. Perlahan aku menoleh ke belakang, tidak ada orang lain selain aku di sini. Siapa tadi yang berbicara padaku?
Sekelebat angin dingin datang menghampiri, membuatku semakin ketakutan.

PART : 11
AUTHOR P.O.V
Oichi berniat untuk membuang semua perasaannya pada Jinyoung, setelah Suzy mengungkapkan yang sebenarnya. Dia tak mau mengganggu hubungan kedua temannya.

“Selamat pagi, Oichi.” Sapa Jinyoung, saat Oichi masuk ke dalam kelas. Belum ada siapa-siapa. Suzy-pun tak ada.

Tak seperti biasanya Jinyoung menyapa Oichi dengan sangat manis seperti itu. Tapi sudahlah, Oichi tak mau mempedulikannya. Dia berpikir, kalau sekarang Jinyoung hanya ingin merebut hati Oichi lagi, agar Oichi tidak membencinya. Mungkin saja Suzy sudah berbicara pada Jinyoung. Dan karena Jinyoung tak mau kehilangan Oichi, dia jadi bersikap manis. Seperti itu pemikiran Oichi saat ini, walau sebenarnya Jinyoung tak seperti yang dia bayangkan.

Oichi hanya menaruh tasnya, kemudian keluar kelas dengan tanpa menjawab sapaan Jinyoung dan tidak memandangnya sedetikpun. Jinyoung heran melihat Oichi yang tiba-tiba bersikap aneh seperti itu. Segera dia mengejar Oichi.

“Oichi, kau kenapa?” Tanyanya sambil memegang tangan Oichi.

“Aku lelah.” Oichi melepaskan tangan Jinyoung.

“Lelah?  Apa maksudmu?” Jinyoung keheranan.

“Sudahlah. Aku tidak ingin berbicara dulu.”

Oichi kembali berjalan. Namun kembali Jinyoung menghentikan langkah kaki Oichi. “Oichi,”

“Sudahlah, Jinyoung. Aku sekarang ingin sendiri. Ku mohon kau tidak mengangguku dulu.”

OICHI P.O.V
Sakit rasanya tiba-tiba bersikap dingin pada Jinyoung. Tapi aku harus bagaimana lagi? Jika aku tetap bersikap seperti biasanya, itu malah membuatku semakin sakit saja.

Aku berjalan menuju toilet, dan membasuh mukaku, kemudian memandangi wajahku dari cermin besar yang ada dihadapanku.

“Oichi, malang sekali nasibmu.” Ucapku pada diri sendiri, menyesali semua yang telah terjadi padaku.

Udara tiba-tiba terasa dingin. Dan bisa ku rasakan, bulu kudukku kini berdiri. Aku menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa di sini, kecuali aku. Kembali ku basuh wajahku.

Ku tutup keran, kemudian melangkahkan kakiku, berniat untuk keluar dari toilet. Namun baru saja beberapa langkah, aku merasa di bekalangku ada yang sedang berdiri.

Terpaksa ku hentikan langkah kaki, dan membalikkan badan.

Benar saja, seorang gadis berdiri dengan pakaian seragam sekolah dan sambil menunduk. Rambutnya hitam panjang, kulitnya putih pucat. Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana?

Siapa dia? Dan dari mana datangnya? Kenapa tiba-tiba ada di sini?

Rasa takut ini membuatku tidak berani untuk mendekatinya, dan lebih memilih untuk kembali ke kelas.

***

“Oppa, kita keluar yuk?” Ajak Suzy setelah bel berbunyi, tanda istirahat.

“Oppa?” Jinyoung keheranan.

“Ayolah, kita keluar.” Suzy menarik-narik tangan Jinyoung, hingga terpaksa Jinyoung bangun dari duduknya dan mengikuti Suzy yang sedari tadi tangannya tak mau dilepaskan oleh gadis itu.

Hati ku sangat sakit saat Jinyoung melihat kearahku, sampai-sampai aku menunduk dan tak kuat menahan air mata.

Aku benar-benar tidak suka melihat Suzy yang tiba-tiba manja pada Jinyoung. Dia terus saja menggandeng tangan Jinyoung, walaupun Jinyoung berusaha untuk melepaskannya.

Akhirnya aku di dalam kelas hanya sendirian. Semua murid berada di luar, dengan hati yang bahagia, tidak sepertiku. Tak ada yang menemaniku. Bairlah, lebih baik seperti ini, daripada aku di temani oleh Suzy. Entah kenapa, aku tiba-tiba membencinya.

“Oichi…”

Seseorang menyebut namaku, terdengar sangat dekat sekali, dan suaranya sangat lemah. Seketika bulu kudukku kembali berdiri. Mataku menjelajah ke semua arah dalam kelas, tapi tidak ada siapa-siapa di sini. Hanya aku.

Ah, sudahlah. Mungkin aku salah dengar.

“Oichi…”

Suara itu, kembali memanggil namaku. Akhirnya aku menyadari, dibekalangku ada seorang perempuan sedang duduk sambil menunduk. Perempuan yang baru saja aku temui di toilet beberapa jam yang lalu.

AUTHOR P.O.V
Nafas Oichi terdengar sangat nyaring sekali dan tidak beraturan saat dia melihat ada sosok wanita yang sedang terduduk di bangku tepat di belakang Oichi.

Perlahan perempuan itu mengangkat kepalanya, membuat Oichi kembali dibuat kaget. Karena wajah mereka benar-benar mirip. Yang membedakan hanyalah rambutnya yang lebih panjang dan kulitnya yang lebih putih—putih pucat—daripada kulit Oichi. Perempuan itu memakai jepitan rambut yang pernah Oichi lihat sebelumnya, dalam mimpinya. Ya, perempuan itu juga pernah hadir dalam mimpinya.

Hantu kah? Oichi bertanya-tanya dalam hati dengan perasaan yang tidak menentu.

Perempuan itu mendekatkan wajahnya ke tengkuk Oichi. “Aku akan menjagamu..” Bisiknya.

Dia menempelkan tangannya ke tengkuk Oichi, perlahan melingkari lehernya, dengan kukunya yang tiba-tiba memanjang dan keriting karena saking panjangnya.

“AAAAAAAAAAAA..”

Oichi menjerit, saat perempuan itu menusukkan kukunya ke leher Oichi.

SUZY P.O.V
“Jinyoung. Kau kenapa? Sedari tadi hanya diam saja.” Kesalku pada Jinyoung.

“Apa maksudmu memanggilku dengan sebutan ‘oppa’ di depan Oichi?” Tanyanya dengan nada yang sangat ketus.

Hatiku benar-benar panas mendengar nama itu disebutkan oleh Jinyoung. “Memangnya kenapa? Salah jika aku memanggilmu dengan sebutan ‘oppa’ ?”

“Aku hanya tidak mengerti. Mengapa tadi kau bersikap seolah-olah kau adalah kekasihku. Sebelumnya kau belum pernah seperti itu.”

Tidak sadarkah dia, kalau selama ini aku menyukainya?

“Apakah kau menyukai Oichi?”

Dia balik bertanya. “Apakah kau melakukan itu karena kau tak ingin aku dekat dengan Oichi?”

Aku terdiam, tak dapat menjawab perkataannya. Aku tak bisa menjawab, dan aku tidak tahu mengapa.

“Sudahlah, aku tidak mau memperpanjang.” Ucapku mengakhiri pembicaraan, berjalan meninggalkan Jinyoung.

Aku berjalan sudah cukup jauh, berharap Jinyoung menghentikan langkahku. Namun apa yang dia perbuat? Sedikitpun dia tidak meneriakkan namaku, dan menyuruhku untuk tidak pergi. Benar-benar menyebalkan! Aku harus menemui Oichi sekarang juga, memberi pelajaran padanya karena dia telah membuat Jinyoung seakan tak peduli padaku lagi!

Dari pintu kelas, ku lihat Oichi sedang duduk dibangku, sambil menaruh kepalanya diatas meja dan memegang pulpen yang dia coret-coretkan pada bukunya.

Aku mencoba mendekatinya. Apa yang sedang dia lakukan? Benar-benar tidak waras! Buku yang dicoreti Oichi sampai sobek, karena dia mencoretnya dengan sangat kuat.

Tingkah anehnya membuatku semakin tak kuasa menahan emosi, dan tidak tahan untuk memakinya.

“Hey, Gadis Jepang! Apa yang sedang kau lakukan?” Teriakku padanya, tapi dia tak mempedulikannya, masih melakukan sesuatu yang sedari tadi dia lakukan.

“Gadis Je..”

AUTHOR P.O.V
“Gadis Je..”

Suzy menggantungkan ucapannya, saat Oichi secara tiba-tiba berdiri sambil menggebrak meja dengan keras. Wajah Oichi terlihat sangat pucat dengan mata membulat, memandang penuh kebencian pada Suzy.

Oichi mengangkat tangan kanannya dengan pulpen di genggamannya. Jantung Suzy berdegup kencang. Dia mundur perlahan, mencoba menjauhi Oichi. Sampai akhirnya Suzy tidak dapat mundur lagi, karena tubuhnya kini sudah menempel di tembok.

“O.. Oichi.. ap.. app.. apa y.. yang akan kk..” Ucap Suzy terbata-bata dan tak menyelesaikan perkataannya.

Oichi mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan siap mengayunkannya ke arah wajah Suzy.

“AAAAAAAAAAA..” Suzy menjerit, tak percaya apa yang akan dilakukan oleh Oichi sekarang.

“OICHI!” Teriak seseorang.

Suzy menoleh ke sumber suara, begitu juga Oichi.

Oichi menurunkan tangannya, dan tiba-tiba saja terjatuh lemah. Segera Suzy berlari mendekati dan memeluk Jinyoung sambil meneteskan air matanya.

“Jinyoung, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang akan dilakukan oleh Oichi. Dia sudah gila, dia akan membunuhku! Kau lihat tadi, dia bukan gadis baik-baik!” Marah Suzy.

Jinyoung menepuk-nepuk punggung Suzy, mencoba untuk menenangkannya. Pemandangan tadi, sungguh tak dapat dia percayai.

“Kau keluar saja.” Ucap Jinyoung, melepaskan pelukan Suzy, kemudian berjalan mendekati Oichi.

“Apa yang akan kau lakukan?” Teriak Suzy.

Jinyoung tak menjawab, dia terus berjalan mendekati Oichi.

Tak disadari oleh Jinyoung dan Suzy, ternyata banyak murid berkumpul di depan pintu kelas, ingin melihat apa yang sedang terjadi. Salah satu dari mereka ada yang melaporkannya pada guru.

“Ada apa ini?” Tanya seorang guru setengah berteriak, membuat Suzy dan Jinyoung menoleh ke arahnya, dan murid-murid yang lainnya pergi meninggalkan kelas itu.

PART : 111
AUTHOR P.O.V
Oichi hanya bisa duduk sambil memeluk lututnya saja di kamarnya. Kejadian tadi pagi, sungguh dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Walaupun beribu-ribu kali Oichi mencoba untuk mengingatnya, tetap saja tak bisa. Terakhir yang dia ingat adalah saat Suzy memaksa Jinyoung ke luar kelas. Dan setelah itu, Oichi tidak lagi apa yang terjadi pada dirinya. Ketika membuka mata, tiba-tiba saja dia sudah berada di kamarnya.

TOK TOK TOK!

Pintu diketuk dari luar kamar.

“Oichi, ibu boleh masuk?” Ucapnya dari luar.

Oichi tidak menjawab, dia hanya memandang ke arah pintu, kemudian pandangannya kembali lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Ibu Oichi membuka pintu sambil membawakan makanan dengan minumnya, kemudian menaruhnya di meja kecil disamping ranjang, dan duduk disamping Oichi.

“Kau makan dulu, ya?” Ujarnya sambil mengusap rambut Oichi.

“Ibu, apa yang terjadi padaku tadi sekolah? Pak Han bicara saja pada ibu?” Tanya Oichi dengan suara yang sangat lemah, seperti suaranya akan segera habis.

“Tidak, kau tidak apa-apa. Kau hanya kelelahan saja, kemudian pingsan.”

Senyum lega dan senang mulai merekah di bibir Oichi. “Benarkah?”

Ibu Oichi mengangguk. “Kau makan dulu, ya.”

***

JINYOUNG P.O.V
Aku tidak habis pikir dengan apa yang Oichi akan lakukan tadi pada Suzy. Benarkah Oichi..? Tidak.

Sekarang Oichi sudah dipulangkan lebih awal daripada yang lain. Dia pingsan, dan tidak segera bangun. Jadi terpaksa, pihak sekolah memulangkannya, takut terjadi apa-apa.

“Jinyoung, sepertinya kita harus menjauhi Gadis Jepang itu.” Ucap Suzy padaku, mengundang emosi.

“Apa maksud ucapanmu? Tidak perlu kita menjauhinya!” Responku setengah membentak.

“Kau masih saja membelanya? Tadi kau tidak lihat apa yang akan dia lakukan padaku? Dia akan membunuhku!” Suzy mulai mengeluarkan amarahnya.

“Mungkin dia sedang khilaf.”

“Khilaf? Khilaf kau bilang?” Suzy membuang nafas. “Dia benar-benar sudah gila, Jinyoung!”

“Bisa tidak kau tidak menjelek-jelekkannya lagi?”

“Kenapa? Karena kau menyukainya?”

Aku terdiam, kemudian menunduk.

“Sepertinya kau lebih memilih dia daripada aku. Padahal kita sudah berteman selama bertahun-tahun, dan pertemanan kita hancur karena ada Gadis Jepang itu?”

 “Jangan kau sebut dia Gadis Jepang. Namanya Oichi!”

“Kau benar-benar berubah setelah Ga­­­­—”

“Sudah cukup!”

AUTHOR P.O.V
Jinyoung berdiri dari duduknya, meninggalkan Suzy sendirian di dalam kelas.

“Jinyoung!” Teriak Suzy, tapi tak didengar oleh laki-laki itu. “Aish, benar-benar menyebalkan!”

Suzy menggebrak meja, yang malah membuat jendela sekolah pecah. Dengan kaget, Suzy mencoba mendekati jendela itu, mencari tahu apa penyebabnya.

Angin dengan kencang masuk ke dalam kelas, sampai membuat rambut Suzy yang cukup panjang beterbangan (?) mengikuti arah angin. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri.

“Jangan pernah menyakitiku..”

Terdengar suara seorang perempuan. Suzy meilhat-lihat ke seluruh ruangan kelasnya, tapi tidak ada siapa-siapa. Dia mulai ketakutan, hingga membuatnya terpaksa keluar meninggalkan ruangan kelas.

OICHI P.O.V
Aku yakin sekarang aku sedang bermimpi!

Aku sedang berada di ruangan kelasku. Dan bisa ku lihat, di atas salah satu meja, ada jepitan rambut yang pernah ku lihat di mimpiku sebelumnya.

Ku ambil jepitan rambut itu, dan memakainya. Terasa aku sangat cantik, walaupun aku tak dapat melihat rupaku seperti apa jika sedang memakai jepitan rambut ini.

Di sampingku, sudah ada perempuan itu lagi. Perempuan yang pernah aku temui di mimpiku yang sebelumnya.

Dia sepertinya bukan manusia. Kuku ditangannya sangatlah panjang dan bentuknya tidak beraturan.  Rambutnya juga panjang, dan sangat kusut sekali. Kulitnya putih pucat. Tatapannya menyeramkan. Namun semua itu tak membuatku ketakutan. Aku malah senang dia berada di sampingku. Apalagi melihat wajahnya yang sangat mirip denganku, membuatku merasa kalau dia adalah jiwaku.

“Pakailah jepit rambut ini. Jika ada yang mengganggumu, lepaskan. Aku akan melindungimu.” Ucapnya, sambil mengusap rambutku.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

***

Benar saja kalau aku tadi bermimpi. Aku tidak berada di kelasku. Tapi aku sedang tertidur di atas ranjang kamarku.

Mimpi itu terasa sangat nyata sekali. Bahkan ketika aku memakai jepit rambut itu, aku benar-benar merasakan dia menempel di rambutku.

Ku coba untuk memastikan, apakah benar di rambutku ada jepitan itu.

TAK PERCAYA!

Jepit rambut itu, benar-benar ada, menempel di rambutku! Aku lepaskan dari rambutku, dan bisa memang benar, sama persis seperti dalam mimpi, rupa dan bentuknya, benar-benar sama. Dan tiga bunga sakura berwarna merah muda menyala dan berukuran kecil-kecil itu juga ada menghiasi jepit rambut ini.

Ku coba untuk bercermin, ingin melihat seperti apa diriku jika sedang memakainya.

Bisa ku lihat ekspresi kebahagiaan terpancarkan dari wajahku saat bercermin menggunakan jepit ini. Aku benar-benar terlihat cantik saat memakainya. Baiklah, akan ku pakai ini untuk pergi berangkat sekolah!

***

AUTHOR P.O.V
Sejak kejadian kemarin, Jinyoung belum mau berbicara lagi dengan Suzy. Sudah berkali-kali Suzy meminta maaf, dan mengajaknya bicara, namun Jinyoung tetap bersikap dingin padanya, hingga membuat Suzy benar-benar marah.

“Jinyoung, mengapa sampai seperti ini kau padaku, hanya karena dia?” Tanya Suzy sambil membentak dan air matanya menetes, saat mereka duduk berdua di dalam kelas. Saat itu belum ada murid lain yang datang.

“Maaf, Suzy. Aku sedang malas untuk berbicara denganmu.”

Jinyoung berdiri dari duduknya, namun Suzy menarik tangannya. “Aku menyukaimu.”

Kaget, Jinyoung terdiam tak percaya.

Suzy berdiri, menggenggam tangan Jinyoung. “Aku benar-benar menyukaimu.”

Dengan cepat, dia menempelkan bibirnya pada bibir Jinyoung, namun segera Jinyoung lepaskan kembali, kemudian mendorongnya hingga jatuh ke lantai. “Apa yang kau lakukan, Suzy? Kau benar-benar sudah gila!”

Suzy berusaha kembali berdiri dan mencoba menghapus air matanya yang sedari tadi mengalir. “Ya, aku sudah gila! Dan aku gila karenamu! Aku sudah mencintaimu sejak dulu, dua tahun yang lalu. Aku sudah menaruh perasaan padamu. Tapi kau tidak pernah sedikitpun memandangku, apalagi setelah kehadiran Gadis Jepang itu!”

“Sudah ku bilang jangan kau sebut dia dengan panggilan itu lagi! Dia punya nama!”

“Biarkan! Aku tak mau menyebut namanya. Aku benar-benar sudah muak dengan nama itu! Dia hanya gadis murahan yang ingin merebutmu dari tanganku!”

“Bicara apa kau ini?” Refleks tangannya menampar pipi Suzy dengan sangat keras, hingga Suzy benar-benar kesakitan.

Suzy terdiam memandang Jinyoung tak percaya. Air matanya semakin deras mengalir, dan kini isak tangisnya terdengar jelas. “Kau jahat Jinyoung. Kau benar-benar jahat!”

Suzy memukul-mukul tubuh Jinyoung. Dia tahu, pukulannya tidak akan terasa sakit, tapi Suzy tetap melakukanya, melampiaskan semua kemarahannya.

Jinyoung tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya terdiam sambil menyesali apa yang baru saja dia perbuat pada sahabatnya. Dia memegang bahu Suzy, mencoba untuk menenangkannya.

“Suzy, maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya.”

“Kau bilang tidak sengaja? Se-keras ini kau menamparku, kau bilang tidak sengaja?” Suzy berbicara sambil berteriak.

“Suzy, sudahlah! Ini sekolah, bukan rumahmu.”

“Aku tidak peduli! Biar semua orang tahu apa yang telah kau lakukan padaku! Gara-gara Gadis Jepang itu kau menjadi kasar padaku!”

Kembali dia memukul-mukul tubuh Jinyoung. Jinyoung tidak kuat lagi, dia menarik tangan Suzy, kemudian menjatuhkannya lagi, dan pergi meninggalkan Suzy sendirian di dalam kelas.

“Jinyoung, tunggu aku!” Suzy kembali berdiri dan mengejar Jinyoung.

Dari arah yang berlawanan dengan Jinyoung, Suzy melihat Oichi sedang berjalan menuju kelas. Bukannya mengejar Jinyoung, Suzy malah berjalan mendekati Oichi, membuat Oichi berhenti berjalan melihat tingkah aneh Suzy, karena Suzy mendekatinya dengan langkah yang sangat cepat dan penuh emosi.

PART : 1111
AUTHOR P.O.V
Oichi terlihat bingung ketika melihat Suzy berjalan mendekatinya dengan langkah cepat dan wajah yang penuh emosi. Ketika Suzy sudah berada di depannya, dia bisa melihat air mata Suzy mengalir.

“Kau.. kenapa?” Tanya Oichi keheranan.

Suzy tidak menjawabnya. Dia menatap tajam Oichi, dan tiba-tiba menarik tangan Oichi dengan paksa, membawanya ke toilet perempuan.

Suzy mendorong Oichi ke tembok dengan keras, sampai Oichi merasa kesakitan.

“Kau kenapa, Suzy? Ada apa denganmu?”

Tamparan kasar mendarat di pipi Oichi, membuat pipi putihnya menjadi merah.

“Suzy, kau gila!”

Segera Suzy menjabak rambut Oichi hingga Oichi menjerit-jerit kesakitan. “Kau yang gila, Gadis Jepang, Gadis Murahan!”

“Aaaa, Suzy, lepaskan, aku mohon!”

Ucapan Oichi tak dipedulikan olehnya. Bahkan kini Suzy melakukan hal yang lebih parah lagi. Kepala Oichi dibenturkan ke tembok, sampai dia benar-benar merasa kesakitan dan pusing yang luar biasa.

Oichi melemah, dia terjatuh ke lantai, namun tangannya masih kuat untuk menahan ke lantai agar tetap duduk.

“Bangun!” Teriak Suzy. Dia tak peduli lagi jika ada orang yang melihatnya. Semua kebenciannya pada Oichi akan dia tumpahkan sekarang juga.

Oichi memandang Suzy dengan pandangan yang sudah mulai kabur. Ucapan Suzy pun tak terdengar jelas ditelinganya.

Suzy membangunkan Oichi dari duduknya dengan cara menjambak kembali rambutnya kuat-kuar. Jeritan kembali keluar dari mulut gadis malang itu.

“Kau akan ku bunuh sekarang juga! Aku sudah benar-benar benci padamu! Kau mengganggu hidupku dan hidup Jinyoung!” Suzy mencekik leher Oichi sekuat tenaga.

Dalam sakitnya menahan cekikan, Oichi teringat ucapan sosok perempuan dalam mimpinya, perempuan yang menyuruhnya untuk melepaskan jepit rambutnya ketika dia sedang ada yang mengganggu.

Dengan sisa tenaganya, Oichi melepaskan jepit rambut yang sudah dia pakai sejak dari rumahnya, dan..

WUUUSSSSHHH..

Angin besar tiba-tiba datang menghampiri, membuat Suzy menghentikan perbuatan mengerikannya. Dia melepaskan tangannya dari leher Oichi, dan keheranan, tiba-tiba ada angin sebesar ini yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Oichi terjatuh lemah, dia pingsan. Namun beberapa saat kemudian, setelah angin itu hilang kembali, mata Oichi tiba-tiba membulat, menatap Suzy dengan senyuman mistis di bibirnya. Suzy kaget melihat wajah Oichi yang tiba-tiba menyeramkan. Dia mundur beberapa langkah menjauhi Oichi.

Oichi bangun dari jatuhnya, berjalan mendekati Suzy.

“Kenapa kau takut?” Tanya Oichi dengan nada pembicaraan yang tidak biasa.

Suzy tak bisa mundur lagi, karena kini dibelakangnya adalah tembok. Dia tak bisa lari, Oichi sudah tepat berada di hadapannya.

“Kau lihat ini.” Oichi memperlihatkan jari-jarinya yang tiba-tiba keriput. Kukunya tiba-tiba berwarna hitam, yang awalnya pendek, dengan cepat memanjang.

Kuku panjangnya menyentuh hidung Suzy, turun ke bibir, kemudian ke dagu, dan berhenti di leher.

“Aku tidak akan menyiksamu seperti kau menyiksaku. Aku akan melakukannya dengan cepat, tanpa perlu kau merasakan kepedihan seperti yang aku rasakan saat ini.” Bisik Oichi.

Dengan cepat Oichi menusukkan kuku tajamnya ke leher Suzy, sampai Suzy benar-benar menjerit kesakitan, dan keluar banyak darah segar dari lehernya.

Dalam beberapa detik saja, Suzy sudah tergeletak di lantai. Tak bernafas lagi akibat tusukan yang dilakukan oleh Oichi.

Oichi keluar dari toilet dengan langkah yang sangat pelan sekali, sambil bersenandung dengan suaranya yang terdengar sangat pelan dan lemah.

“Dum da di da.. da da da dum..
Da da da dum..
 Da da da dum.. da da di dum..
Da di da dum.. da da da dum..
Da da da dum, da da da dum..
La da da.. di dum dum..”

OICHI P.O.V
Apa yang sedang aku lakukan?

Aku tiba-tiba berada di depan toilet perempuan. Aku benar-benar tidak tahu, kenapa aku bisa ada di sini? Entahlah, aku tidak mengerti. Lebih baik sekarang aku masuk saja ke kelasku.

Di dalam kelas, sudah banyak murid yang duduk di bangku mereka masing-masing. Ada yang sedang mengobrol dengan teman-temannya sambil tertawa, ada juga yang hanya diam sendirian, termasuk Jinyoung. Tidak ada Suzy disampingnya, tidak seperti biasanya.

Ku taruh tas ku, tanpa duduk terlebih dahulu, berniat kembali ke luar kelas.

“Oichi, tunggu!” Jinyoung memanggilku. Ku hentikan langkah. Dia memegang tanganku.

“Kenapa kau tiba-tiba bersikap dingin padaku, juga.. pada Suzy, akhir-akhir ini?” Tanya Jinyoung. Dia sepertinya ragu menyebutkan nama ‘Suzy’

Segera ku lepaskan kembali tangannya. “Sudahlah, Jinyoung. Aku tidak ingin berbicara dengan siapapun dulu saat ini.”

“Denganku tidak ingin? Dengan Suzy juga?”

Aku menunduk. “Maafkan aku.”

“Harusnya kau tidak menerima ajakannya jika memang benar kau tak ingin berbicara dengan siapapun.” Tanyanya, seperti memojokanku.

Ucapannya membuatku terpaksa kembali memandangnya. “Suzy.. dia menemuiku dan aku pergi bersamanya? Kapan?” Tanyaku heran,  karena aku tak merasa aku pergi dengannya.

“Apa kau lupa? Tadi pagi, ketika kau baru datang di sekolah. Aku melihat, Suzy berjalan mendekatimu, lalu kalian pergi entah ke mana. Awalnya aku mau mengejar kalian, tapi aku sedang muak pada Suzy, terpaksa aku tak melakukannya. Suzy tidak melakukan hal-hal aneh, kan, padamu?”

“Aku tidak mengerti apa maksudmu. Aku tidak bertemu dengannya.”

“Suzy!” Seseorang berteriak dari luar kelas. Air matanya mengalir, seperti ketakutan, dengan nafas yang tidak beraturan. Semua yang ada di kelas, termasuk aku dan Jinyoung, memandangnya dengan penuh keheranan.

“Suzy kenapa?” Tanya salah seorang temanku.

“Ada yang melukainya! Banyak darah keluar dari lehernya!”

Semua terkejut mendengar pernyataannya. Aku pun tak dapat menyembunyikan keterkejutanku.

“Apa? Dia di mana sekarang?” Tanya Jinyoung dengan sangat khawatir.

“Di toilet.”

Buru-buru kami semua yang berada di kelas berlarian menuju toilet. Tingkah kami mengundang penasaran murid lain, hingga mereka pun mengikuti kami. Aku dan Jinyoung berlari dengan sangat cepat, dan sampailah kami di toilet perempuan.

Dan astaga.. aku benar-benar tak dapat mempercayainya, apa yang sedang ku lihat sekarang, benar-benar membuat jantungku berdegup dengan sangat kencang, bahkan terasa mau copot!

Suzy, tergeletak di lantai dengan matanya yang melotot dan darah segar mengalir dari lehernya. Banyak yang menjerit ketika melihat Suzy. Guru-guru pun berdatangan melihat pemandangan yang sangat tak biasa ini. Mereka terkejut, dan sampai ada yang meneteskan air mata.

Salah satu guru mendekati Suzy, dan mencoba memeriksa urat nadinya.v “Dia sudah tak bernafas.”

Aku menangis, tak dapat membendung kesedihanku. Meski akhir-akhir ini aku membenci Suzy, namun tetap saja, dia adalah temanku. Dan aku tak bisa menahan kesedihanku, mengetahui Suzy sudah meninggal dengan cara yang sangat mengenaskan. Siapa pembunuhnya? Mengapa dia tega melakukannya pada Suzy? Salah apa Suzy padanya?

Ku tumpahkan semua kesedihanku di pelukkan Jinyoung. Bisa ku rasakan, Jinyoung juga menangis. Air matanya menetes ke rambutku.

***

AUTHOR P.O.V
Acara pemakaman telah berakhir, Suzy sudah beristirahat di tempat peristirahatan terakhirnya. Tak akan ada lagi Suzy, tak akan ada lagi yang mengganggu Jinyoung. Tapi, pantaskah Jinyoung bersyukur atas kematian Suzy? Tidak. Meski dia sangat membenci Suzy saat ini, tapi dia benar-benar kehilangan sahabatnya dan merasa menyesal, bersikap begitu kasar pada Suzy.

Oichi ikut hadir dalam acara pemakaman. Kedua orang tua Suzy menangis tak henti-hentinya, melihat anak mereka mati secara mengenaskan.

“Oichi, ku harap kau tidak bersikap dingin padaku lagi.” Ucap Jinyoung, saat Oichi diantarkan pulang ke rumahnya. Mereka sudah sampai di depan rumah Oichi.

“Dalam suasana kehilangan, kau masih saja bisa membicarakan soal ini?”

Jinyoung memegang tangan Oichi , namun segera dilepaskan kembali oleh Oichi.

“Oichi, ku mohon.”

“Saat ini aku ingin istirahat. Mungkin lebih baik kau pulang saja, dan istirahat juga.” Oichi meninggalkan Jinyoung sendirian di teras rumahnya.

Jinyoung menunduk beberapa detik, kemudian pergi.

***

Lagi-lagi, malam ini Oichi bermimpi aneh. Kembali Oichi tiba-tiba berada di ruangan kelas yang sama seperti mimpi sebelumnya. Dia sangat yakin, kalau ini adalah ruang kelasnya. Tapi ada sedikit perbedaan seperti kelasnya yang sekarang. Dan Oichi bisa mengerti mengapa terlihat sedikit berbeda, karena di kalender yang ada di atas meja guru, tertulis tahun 2000.

Oichi terkejut melihat angka itu.

“Tahun 2000?” Tanyanya dalam hati.

Oichi menoleh ke arah pintu kelas, saat pintu kelas itu terbuka. Seorang gadis menarik rambut panjang gadis lain dibelakangnya. Gadis itu menjerit-jerit kesakitan.

“Hyomin tolong lepaskan!” Pinta gadis yang sedang dijambak sambil menangis.

“Aku membencimu, Oichi!” Ucap Hyomin pada gadis itu dan menjatuhkannya.

Oichi kaget tak percaya ketika gadis yang dikenal dengan nama Hyomin itu menyebutkan namanya pada gadis yang kini tengah menangis kesakitan terjatuh di lantai.

OICHI P.O.V
OICHI??

Namanya Oichi? Sama dengan namaku?

Aku mendekati gadis yang terjatuh itu, dan mencoba untuk melihat wajahnya. Tanganku menutup mulutku, tak percaya, wajahnya sangat mirip denganku! Dan baru ku sadari, ternyata dia mengenakan jepit rambut yang baru saja ku dapatkan tadi pagi, dari dalam mimpi..

Gadis itu.. mungkinkah dia yang akhir-akhir ini sering aku temui di dalam mimpiku?

Hyomin menendang betis gadis yang dia sebut dengan Oichi, sampai Oichi kembali menjerit kesakitan. Air matanya semakin deras mengalir.

“Apa ini? Hadiah ulang tahun dari Sangwoo?” Ucap Hyomin sambil melepaskan jepit rambut yang sedang Oichi pakai.

“Jangan kau ambil itu, aku mohon.” Rengek Oichi, tapi tak didengarkan oleh Hyomin.

Hyomin menjatuhkannya dan menginjaknya kuat-kuat hingga jepit rambut itu rusak. Tangisan Oichi semakin menjadi-jadi.

Aku mencoba berteriak, agar Hyomin menghentikan perbuatannya. Tapi sepertinya mereka tidak menyadari kehadiran ku di sini. Ku coba untuk menyentuh Oichi, tapi malah menembusnya. Tak ada yang dapat ku lakukan saat ini. Aku hanya bisa melihat Oichi yang kini sedang disakiti oleh Hyomin.

Hyomin kembali menjambak rambut Oichi. “Kau telah menganggu hidupku dan hidup Sangwoo! Sangwoo tiba-tiba berubah karenamu! Harusnya kau sekarang sudah mati, Gadis Jepang!”

Hyomin menjatuhkan kepala Oichi ke lantai. “Tapi sekarang, sepertinya semua itu akan berakhir. Karena aku akan menghabisimu!”

“Jangan, ku mohon.” Pinta Oichi.

Hyomin tak mempedulikannya. Dia mengambil pulpen dari dalam tasnya. “Menyesal lah dirimu karena telah membuat Sangwoo menyukaimu!” Teriak Hyomin dan langsung saja tangan kanannya yang memegang pulpen diayunkan, dan menusukkan jarum pulpen itu ke leher Oichi berkali-kali. Oichi menjerit, meronta-ronta. Hyomin tak mempedulikannya. Dia masih menusuk-nusukkan pulpen itu ke leher Oichi sampai banyak darah ke luar.

Aku tak percaya dengan apa yang sedang dilakukan oleh Hyomin sekarang. Kini Oichi tak lagi berteriak. Matanya melotot, dan mulutnya terbuka. Hyomin berhenti menusuk-nusuk leher Oichi. Nafasnya terengah-engah, keringat keluar dari pori-pori wajahnya. Di tangannya banyak bekas darah menempel.

Hyomin berdiri, keluar kelas, meninggalkan Oichi sendirian yang tak berdaya.

Aku hanya dapat mengalirkan air mataku saat ini, melihat gadis yang wajah dan namanya sangat mirip denganku, lemah dan tersiksa.

***
AUTHOR P.O.V
Oichi bangun dari tidurnya. Lega, lega sekali karena yang baru saja dia alami hanyalah mimpi. Lagi-lagi mimpi, mimpi yang benar-benar buruk! Nafasnya terdengar sangat nyaring sekali. Jatungnya berdegup sangat kencang. Wajahnya pun kini basah oleh keringat yang membanjirinya.

Jantung Oichi semakin berdegup kencang saja saat dia menoleh ke sebelah kanannya, ternyata ada sesosok perempuan sedang terbaring disampingnya, sambil meliriknya.

“K..k..kka..kkaa..kau..”  Ucap Oichi terbata-bata dan menggantungkan kalimatnya. Perempuan itu adalah perempuan yang sering dia temui dalam mimpinya, perempuan yang dibunuh dengan sadis oleh Hyomin.

Oichi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar